Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara
guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran guru dan siswa merupakan dua
komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang
saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Menurut Hasibuan (1988) pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di
dalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa, artinya guru tidak harus selalu menjadi
pihak yang lebih dominan, pada pola pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan sebagai
pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus
menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan siswa secara aktif. Selain itu guru
harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya
untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar
menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran
seorang guru dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa
agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan-perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan pada umumnya.
Salah satu tujuan dari pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan berpikir siswa
dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut,
guru harus menyediakan peluang di dalam kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan
siswa lebih besar. Menurut Blosser dalam bukunya yang berjudul “Research Matters-to the Science
Teacher No.9001. Using Question In Science Classrooms.” salah satu metode untuk merangsang
siswa berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan pertanyaan.
Menurut pendapat yang dikemukakan Hasibuan (1988) dalam konteks pembelajaran dan
sudut pandang teori belajar, pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk
berpikir dan belajar sehingga anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep yang diberikan
dan kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang. Sejalan dengan itu sudut pandang lain juga
mengatakan bahwa pertanyaan merupakan satu tindakan pedagogik guru dalam rangka
mengkontruksi pengetahuan secara bersama.
Pertanyaan merupakan salah satu metode sederhana yang dapat menjadi metode alternatif
yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Namun masih banyak guru yang
gagal melihat hal tersebut, hal ini disebabkan penggunaan dan perumusan pertanyaan yang tidak
tepat. Banyak guru memandang pertanyaan hanya sebagai salah satu metode pelengkap dalam
mengajar, sehingga perumusan untuk memilih pertanyaan yang baik kurang diperhatikan, akibatnya
tujuan dari pertanyaan tersebut tidak dapat tercapai.
Bertanya adalah seni dalam mengajar, karena bertanya merupakan bagian terpenting yang
tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Bahkan sebagian khalayak berpendapat bahwa
efektifitas mengajar seorang guru, dapat dilihat dari kemampuannya untuk mengajukan pertanyaan
yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Dahar, 1996) bahwa perumusan
pertanyaan merupakan salah satu bagian yang paling penting dan paling kreatif dalam pendidikan.
Adapun pengaruh positif dari kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode pertanyaan
tersebut diantaranya adalah:
(1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ketika guru mengajukan
pertanyaan, siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga akan tmuncul
partisipasi siswa di dalam pembelajaran dan terjadi komunikasi dua arah antara guru dan
siswa
(2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi
atau dibicarakan. Dengan pertanyaan yang diajukan guru, siswa akan dituntut untuk mencari
jawaban sendiri sehingga secara tidak langsung minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
materi yang dibicarakan menjadi meningkat.
(3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa. Dengan pertanyaan siswa akan
dituntut untuk mencari jawaban dengan berbagai cara, misalnya dengan mencari jawaban
lewat buku atau nara sumber lain, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
belajar, tidak hanya mendengar atau mendapat informasi dari guru.
(4) Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan menuntun siswa berpikir.
Dengan pertanyaan siswa dituntut untuk lebih berpikir kreatif agar dapat menjawab
pertanyaan dengan baik
(5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Pertanyaan yang
diajukan di dalam kelas akan membantu mengontrol siswa dan menarik perhatian siswa
kepada pelajaran yang sedang berlangsung.
Mengingat pentingnya penggunaan pertanyaan di dalam proses pembelajaran, maka guru
harus lebih banyak mengembangkan pertanyaan di dalam kelas. Selain itu guru juga harus mampu
merumuskan dan merancang pertanyaan yang dapat merangsang kemampuan siswa dalan berpikir,
tidak hanya sekedar mengajukan pertanyaan yang asal dan tidak bermakna. Agar dapat mengajukan
pertanyaan yang baik terutama pertanyaan tingkat tinggi, guru harus mampu memproses informasi
di dalam memorinya dan kemudian merumuskan informasi ini dalam pertanyaan.
Dari uraian di atas mengenai pentingnya pertanyaan dalam proses pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa perancangan atau perumusan pertanyaan oleh guru merupakan satu hal yang
wajib dilakukan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik Selain itu sebelum mengajar
hendaknya guru mempersiapkan:
1. Materi yang akan disampaikan
2. Merancang media pembelajaran yang digunakan
3. Membuat dan merancang daftar pertanyaan yang disesuaikan dengan kompetensi dasar,
indicator, serta targetan atau hasil belajar dalam kurikulum sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa dan.
Blosser, P. E. (1990). Research Matters-to the Science Teacher No.9001. Using Question In Science
Classrooms. Colombus, OH: Professor of Science Education, Ohio State University
Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Hasibuan, J. J., Ibrahim, dan Tolience, A. J. E. (1988). Proses Belajar mengajar Keterampilan
Dasar Pengajaran Mikro. Bandung: Remadja Karya.
Rustaman, N., Rochintaniawati, D., Nurjihani, M. K., subekti, R., Redjeki, S., Adi Yudianto, S.,
Dirdjosoemarto, S., H, Yanti., dan achmad, Y. (2001). Strategi Belajar mengajar. JICA
IMSTEP: Tidak diterbitkan.
guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran guru dan siswa merupakan dua
komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang
saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Menurut Hasibuan (1988) pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di
dalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa, artinya guru tidak harus selalu menjadi
pihak yang lebih dominan, pada pola pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan sebagai
pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus
menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan siswa secara aktif. Selain itu guru
harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya
untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar
menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran
seorang guru dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa
agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan-perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan pada umumnya.
Salah satu tujuan dari pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan berpikir siswa
dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut,
guru harus menyediakan peluang di dalam kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan
siswa lebih besar. Menurut Blosser dalam bukunya yang berjudul “Research Matters-to the Science
Teacher No.9001. Using Question In Science Classrooms.” salah satu metode untuk merangsang
siswa berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan pertanyaan.
Menurut pendapat yang dikemukakan Hasibuan (1988) dalam konteks pembelajaran dan
sudut pandang teori belajar, pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk
berpikir dan belajar sehingga anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep yang diberikan
dan kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang. Sejalan dengan itu sudut pandang lain juga
mengatakan bahwa pertanyaan merupakan satu tindakan pedagogik guru dalam rangka
mengkontruksi pengetahuan secara bersama.
Pertanyaan merupakan salah satu metode sederhana yang dapat menjadi metode alternatif
yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Namun masih banyak guru yang
gagal melihat hal tersebut, hal ini disebabkan penggunaan dan perumusan pertanyaan yang tidak
tepat. Banyak guru memandang pertanyaan hanya sebagai salah satu metode pelengkap dalam
mengajar, sehingga perumusan untuk memilih pertanyaan yang baik kurang diperhatikan, akibatnya
tujuan dari pertanyaan tersebut tidak dapat tercapai.
Bertanya adalah seni dalam mengajar, karena bertanya merupakan bagian terpenting yang
tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Bahkan sebagian khalayak berpendapat bahwa
efektifitas mengajar seorang guru, dapat dilihat dari kemampuannya untuk mengajukan pertanyaan
yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Dahar, 1996) bahwa perumusan
pertanyaan merupakan salah satu bagian yang paling penting dan paling kreatif dalam pendidikan.
Adapun pengaruh positif dari kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode pertanyaan
tersebut diantaranya adalah:
(1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ketika guru mengajukan
pertanyaan, siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga akan tmuncul
partisipasi siswa di dalam pembelajaran dan terjadi komunikasi dua arah antara guru dan
siswa
(2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi
atau dibicarakan. Dengan pertanyaan yang diajukan guru, siswa akan dituntut untuk mencari
jawaban sendiri sehingga secara tidak langsung minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
materi yang dibicarakan menjadi meningkat.
(3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa. Dengan pertanyaan siswa akan
dituntut untuk mencari jawaban dengan berbagai cara, misalnya dengan mencari jawaban
lewat buku atau nara sumber lain, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
belajar, tidak hanya mendengar atau mendapat informasi dari guru.
(4) Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan menuntun siswa berpikir.
Dengan pertanyaan siswa dituntut untuk lebih berpikir kreatif agar dapat menjawab
pertanyaan dengan baik
(5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Pertanyaan yang
diajukan di dalam kelas akan membantu mengontrol siswa dan menarik perhatian siswa
kepada pelajaran yang sedang berlangsung.
Mengingat pentingnya penggunaan pertanyaan di dalam proses pembelajaran, maka guru
harus lebih banyak mengembangkan pertanyaan di dalam kelas. Selain itu guru juga harus mampu
merumuskan dan merancang pertanyaan yang dapat merangsang kemampuan siswa dalan berpikir,
tidak hanya sekedar mengajukan pertanyaan yang asal dan tidak bermakna. Agar dapat mengajukan
pertanyaan yang baik terutama pertanyaan tingkat tinggi, guru harus mampu memproses informasi
di dalam memorinya dan kemudian merumuskan informasi ini dalam pertanyaan.
Dari uraian di atas mengenai pentingnya pertanyaan dalam proses pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa perancangan atau perumusan pertanyaan oleh guru merupakan satu hal yang
wajib dilakukan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik Selain itu sebelum mengajar
hendaknya guru mempersiapkan:
1. Materi yang akan disampaikan
2. Merancang media pembelajaran yang digunakan
3. Membuat dan merancang daftar pertanyaan yang disesuaikan dengan kompetensi dasar,
indicator, serta targetan atau hasil belajar dalam kurikulum sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa dan.
Blosser, P. E. (1990). Research Matters-to the Science Teacher No.9001. Using Question In Science
Classrooms. Colombus, OH: Professor of Science Education, Ohio State University
Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Hasibuan, J. J., Ibrahim, dan Tolience, A. J. E. (1988). Proses Belajar mengajar Keterampilan
Dasar Pengajaran Mikro. Bandung: Remadja Karya.
Rustaman, N., Rochintaniawati, D., Nurjihani, M. K., subekti, R., Redjeki, S., Adi Yudianto, S.,
Dirdjosoemarto, S., H, Yanti., dan achmad, Y. (2001). Strategi Belajar mengajar. JICA
IMSTEP: Tidak diterbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah bergabung
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.