a. Kompetensi Siswa
Karena
belajar sifatnya kumulatif, kesiapan untuk belajar baru mengacu pada
kapabilitas, dimana kesiapan untuk belajar itu meliputi
keterampilan-keterampilan yang rendah kedudukannya dalam tata hirarki
keterampilan intelktual.
§ Tirtaradja, Umar, dkk, Pengantar Perndidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
Untuk
merespon bebagai kondisi sebagaimana yang telah diuraikan pada
pendahuluan di atas, maka salah satu kebutuhan yang sangat penting
adalah tersedianya system pendidikan dan pelatihan yang mampu
menghasilkan SDM yang berkualitas setara dengan standar internasional.
Untuk melaksanakan system pendidikan yang baik dibutuhkan suatu standar
kompetensi yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan pekerjaan sebagai patokan kinerja yang diharapkan.
Salah
satu bentuk system pendidikan yang mampu meningkatkan kompetensi siswa
adalah system manajemen berbasis sekolah yang memberi hak sepenuhnya
atau otonomi kepada sekolah untuk mengelola sekolah sesuai dengan
kondisi, lingkungan dan kebutuhan tempat dimana sekolah berada.
b. Strategi Pengembangan Kompotensi Siswa
Dunia
pendidikan dewasa ini yang semakin banyakj menghadapi tantangan, salah
satu diantaranya ialah bahwa pendidikan itu berlangsung dalam latar
lingkungan yang dibuat-buat, karena pendidikan itu harus membina tingkah
laku yang berguna bagi individu dimasa akan datang dan bukan waktu
sekarang. Akibat dari latar lingkungan yang dibuat adalah terjadinya
suasana pembelajaran yang tidak menyenangkan.
Masalah
lain yang dihadapi dunia pendidikan adalah sekolah masih menggunakan
cara yang bersifat aversif, dimana para siswa menyelesaikan tugas-tugas
sekolahnya terutama untuk menghindari stimulus-stimulus aversif seperti
kecaman guru, ejekan dimuka kelas, menghadap kepala sekolah jika tidak
membuat tugas di rumah.
1. Untuk memecahkan masalah untuk perbaikan pendidikan itu pernah diusulkan beberapa pemecahan masalah yang diantaranya :
1. Mendapatkan guru yang berkualitas
2. Mencari terobosan baru untuk menandingi sekolah unggul
3. Menaikkan standar pembelajaran
4. Mereorganisasi kurikulum.
Akan tetapi pemecahan masalah yang pernah ditawarkan tersebut tidak menyentuh esensi permasalahan dunia pendidikan itu sendiri.
Menurut
Skinner satu hal yang perlu dilakukan untuk memecahkan kebuntuan
tersebut adalah bagaimana guru bertanggung jawab mengembangkan pada
siswa tingkah laku verbal (kompetensi) atau kemampuan siswa yang
merupakan pernyataan keterampilan dan pengetahuan mata pelajaran.
Konkritnya Skinner menjelaskan yang harus dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemampuan siswa atau kompetensi siswa adalah :
1. Membangun khazanah tingkah laku verbal dan non verbal yang menunjukkan hasil belajar.
2. Menghasilkan dengan kemungkinan yang besar, tingkah laku yang disebut minat, antusiasme dan motivasi untuk belajar.
Sehingga
dengan tugas seperti ini pembelajaran itu berfungsi memperlancar
pemerolehan pola-pola tingkah laku verbal dan non verbal yang perlu
dimiliki setiap siswa.
Menurut
B. Weiner, dengan teori atribusinya, satu sumbangan penting untuk
pendidikan adalah berkenaan dengan analisa terjadinya interaksi di
kelas.
Hal
yang penting diperhatikan dalam interaksi di kelas dalam konteks proses
pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan kemampuan atau kompetensi
siswa ialah ciri siswa, ciri-ciri siswa yang perlu dipertimbangkan ialah
perbedaan perseorangan, kesiapan untuk belajar dan motivasi :
1. Perbedaan Perseorangan,
Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan ialah tingkat perkembangan siswa dan
tingkat rasa harga diri siswa. Untuk mengimbangi adanya perbedaan
perseorangan dalam proses pembelajaran dianatarany dapat dilakukan
pengajaran dengan kelompok kecil (Cooperative Learning), tutorial, dan
belajar mandiri serta belajar individual.
2. Kesiapan untuk belajar
Kesiapan seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi hasil pembelajaran yang bermanfaat baginya.
3. Motivasi,
Ciri
khas dari teori-teori belajar ialah memperlakukan motivasi sebagai
suatu konsep yang dihubungkan dengan asas-asas untuk menimbulkan
terjadinya belajar pada diri siswa. Konsep ini memusatkan perhatian pada
dilakukannya manipulasi lingkungan yang bisa mendorong siswa seperti
membangkitkan perhatian siswa, mempelajari peranan peransang atau
membuat agar bahan ajar menarik bagi siswa.
Ketiga
hal diatas harus diperhatikan yang dibarengi dengan penciptaan suasan
kelas yang menyenangkan sehingga tingkah laku, respon yang dikeluarkan
oleh siswa menghasilkan suasan pembelajarn yang nyaman dan menyenangkan
akibat dari stimulus lingkungan yang dimanipulasi tersebut.
Disamping
ketiga hal diatas yang perlu diperhatikan dalam kontek peningkatan
kompetensi siswa, maka kurikulum juga merupakan hal yang tidak
terpisahkan dengan kompetensi siswa dalam pembelajaran. Untuk
mengimbangi peningkatan kemampuan siswa dalam kontek tingkah laku, maka
kurikulum juga perlu menjadi perhatian sehingga siswa benar-benar
memiliki kompetensi yang sangat memadai.
Kurikulum
saat ini, terutama kurikulum pendidikan nasional akan dikembangkan apa
yang dinamakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Competency based
Curriculum. Dalam konsep ini,
kurikulum harus dikuasai oleh siswa setelah ia menyelesaikan satu unit
pelajaran, satu satuan waktu dan satu satun pendidikan.
Materi
kurikulum harus ditekankan pada mata pelajaran yang sanggup menjawab
tantangan global dan perkembangan iptek yang sangat cepat. Disamping itu
kurikulum yang dikembangkan harus berlandaskan pendidikan etika dan
moral yang dikembangkan dalam mata pelajaran agama dan mata pelajaran
lain yang relevan.
Selain
itu kurikulum harus bersifat luwes, sederhana dan bisa menampung
berbagai kemungkinan perubahan dimasa yang akan datang sebagai dampak
dari perkembangan terknologi dan tuntutan masyarakat. Kurikulum hanya
bersifat pedoman pokok dalam kegiatan pembelajaran siswa dan dapat
dikembangkan dengan potensi siswa, keadaan sumber daya pendukung dan
kondisi yang ada.
Semua
alternative solusi diatas tidak ada artinya jika tidak dimanajemeni
atau dikelola dengan professional. Salah satunya adalah dengan
menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah, dimana pihak sekolah
memiliki otoritas yang cukup untuk mengelola konsep-konsep yang akan
diterapkan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa.
Masalah
kurikulum, tujuan pendidikan, keputusan atau kebijakan sekolah,
fasilitas yang akan digunakan, pengembangan SDM sekolah, pengaturan
waktu dan biaya pendidikan, haruslah sepenuhnya dikelola oleh sekolah
sehingga langkah-langkah teknis diatas dapat terwajud.
PENUTUP
Untuk
meningkatkan kompetensi siswa ada beberap hal yang harus diperhatikan,
diantaranya, ciri-ciri siswa antara lain, perbedaan perseorangan,
kesiapan belajar dan motivasi yang dibarengi oleh pemanipulasian suasana
pembelajaran menjadi lebih disukai oleh siswa sehingga dengan
mempertimbangkan kondisi ini apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan.
Akan
tetapi jika mensfesifikasi pendidikan kedalam tingkah laku sama dengan
membatasi guru menjadi upaya untuk merubah tingkah laku siswa. Pada hal,
pendidikan tidak hanya sebatas tutorial yang akan mengakibatkan
pendidikan kurang manusiawi dan terlalu mekanistik. Akan tetapi
pendidikan lebih dari itu, dimana pendidikan memerlukan tingkat
kecerdasan dan kebebasan berpikir yang tinggi, kompetensi dan moral atau
tingkah laku yang kompleks untuk mengarunginya.
Secara
kelembagaan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa perlu sebuah
sistem yang mampu mengakomodir tujuan tersebut. Salah satu bentuk dari
system tersebut adalah manajemen berbasis sekolah yaitu sebuah sistem
manajemen yang memberi keluasan kepada pihak sekolah untuk mengelola
sekolah masing-masing menurut kebutuhan, kondisi, dan tuntutan
lingkungan dimana sekolah tersebut berada.
DAFTAR BACAAN
§ Abu-Duhoui, Ibtisam, School Base Management, terjemahan Noryamin Aini, Suparto & Abas Al-Jauhari, cetPT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2002
§ Dahar,
Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Depdikbud Berkerjasama Dengan Dirjend
Perguruan Tinggi, PPL Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1989.
§ Gredler E. Bell Margaret, Belajar dan Membelajarkan, Terjemahan Munandir, CV, Rajawali, Jakarta, 1991
§ Sudjana, Nana, dkk, Teknologi Pengajaran, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2001
§ Sidi, Indra Djati, Menuju Masyarakat Belajar (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan), Paramadina, Jakarta, 2001
§ Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998
§ Snelbecker, Glenn. E, Learning Theory, Intructional Theory, and Psycoeducational Design, McGraw-Hill Book Company, United State of America, 1974
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah bergabung
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.